Masjid Jami Tua Palopo: Warisan Sejarah dan Keberagaman Budaya Islam di Sulawesi Selatan

Masjid Jami Tua Palopo adalah salah satu situs bersejarah yang sangat signifikan di Sulawesi Selatan. Dengan usia lebih dari 400 tahun, masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai lambang peradaban Islam yang kaya dan beragam. Didirikan pada tahun 1604 M, masjid ini menjadi saksi perjalanan sejarah penyebaran agama Islam di kawasan Tana Luwu.

Sejarah Pembangunan Masjid
Masjid Jami Tua Palopo dibangun pada masa pemerintahan Datu Luwu ke-16, Pati Pasaung, yang memerintahkan pembangunan masjid sebagai pusat penyebaran ajaran Islam. Proses konstruksi masjid ini sangat menarik, menggunakan putih telur dan kapur sebagai bahan perekat batu, tanpa melibatkan semen atau besi. Teknik ini menunjukkan keterampilan arsitektur lokal yang menggabungkan elemen budaya Bugis, Jawa, dan Tiongkok.

Keunikan Arsitektur
Arsitektur Masjid Jami Tua Palopo memiliki ciri khas dengan atap bertingkat tiga yang terbuat dari sirap. Di puncak atap terdapat mustaka keramik dari dinasti Ming yang berasal dari Tiongkok, berfungsi tidak hanya sebagai penutup atap tetapi juga melambangkan keesaan Tuhan. Bangunan ini memiliki dimensi 11,9 m x 11,9 m dengan dinding setebal 0,94 m yang terbuat dari batu andesit. Keunikan lain adalah tiang penyangga yang terbuat dari kayu cina duri (pohon kenanga) yang lebih tua daripada bangunan itu sendiri.

Makna Budaya Masjid
Kata “Jami” dalam Masjid Jami Tua berarti “penyatu” dalam bahasa Arab, sedangkan “Tua” menunjukkan usianya yang sudah sangat lanjut. Istilah “Palopo” berasal dari bahasa Bugis dan Luwu, dengan dua makna: makanan tradisional dan proses pembangunan bangunan. Masjid ini bukan hanya tempat ibadah tetapi juga simbol persatuan dan kesetaraan bagi masyarakat setempat.

Tujuan Wisata Religi
Saat ini, Masjid Jami Tua Palopo menjadi salah satu tujuan wisata religi yang populer di Kota Palopo. Banyak pengunjung datang untuk melihat keindahan arsitektur dan merasakan suasana spiritual di dalamnya. Terutama selama bulan Ramadan, masjid ini dipenuhi oleh umat Islam yang beribadah dan menunaikan zakat fitrah.

Pelestarian Warisan Budaya
Pengurus masjid, Usman Abdul Malla, menegaskan bahwa hingga kini keaslian bangunan Masjid Jami Tua Palopo tetap terjaga. Tidak ada perubahan signifikan pada struktur bangunan sejak didirikan. Hal ini menjadikan masjid sebagai saksi sejarah penyebaran Islam di Luwu yang perlu dilestarikan untuk generasi mendatang.

Kesimpulan
Masjid Jami Tua Palopo bukan sekadar bangunan tua; ia merupakan warisan budaya yang mencerminkan perjalanan panjang sejarah Islam di Sulawesi Selatan. Dengan arsitektur yang unik dan nilai sejarah yang mendalam, masjid ini layak untuk dikunjungi dan dipelajari lebih lanjut. Mengunjungi Masjid Jami Tua Palopo berarti menyelami sejarah panjang peradaban Islam di Indonesia serta menghargai keberagaman budaya yang ada di dalamnya.

www.hamdalahkubahkreasindo.com